Ulasan Cerpen Historial Fiction: Mei 98

Mengingat salah satu kalimat: Jas Merah atau Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah. Melalui tugas yang diberikan di kelas Fiksi pada minggu ke tiga ini, saya jadi mengingat hal tersebut, ada banyak tragedi yang terjadi bertahun-tahun yang lalu, salah satunya adalah tragedi yang terjadi di negeri ini pada tahun 1998, yang seharusnya diingat. Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas satu Historial Fiction karya Areumdaum, yang berjudul: Mei 98. Cerita yang dimuat dalam buku antologi “Klasik”

Tulisan yang bercerita tentang keadaan di era sembilan puluh delapan, dimulai dari kisah yang terjadi di istana nusantara pada bulan Januari 1998. Cerita diawali dari sebuah paragraf: “Bagaimana ini, krisis ekonomi semakin menjadi. Mahasiswa sudah mulai melakukan orasi. Aroma kudeta sudah mulai berembus di seluruh penjuru negeri.” Orang kepercayaan presiden mulai panik. Ia melaporkan berbagai kegiatan mencurigakan yang sudah beberapa bulan ini menjadi sasaran intaiannya.

Dari paragraf pertama dapat dilihat bahwa kepanikan sedang terjadi di istana nusantara kala itu, namun dengan kepanikan itu, sang tuan yang dimuliakan meyakini bahwa kekuasaanya tidak akan berhenti hanya kerena demo mahasiswa, sementara di rumah salah satu pimpinan pasukan perang sedang mengatur strategi dan menentukan pada bulan ke berapa aksinya akan dimulai. Menurut saya, tema yang diambil dalam cerita ini adalah tentang Ketegangan, yang terlihat dari bagaimana suasana di istana nusantara, serta kondisi mahasiswa yang berunding dan mengatur strategi untuk menentukan aksi.

Dalam cerita, tokoh presiden terlihat begitu tidak peduli dengan pendapat rakyat yang diwakili oleh mahasiswa, dimana tindakan seperti mengirimkan proposal dari para pemikir bangsa beserta aksi yang terjadi di depan istana, pagi hari menjelang pelantikan presiden yang ke tujuh, tidak membuahkan hasil dan pelantikan tetap terjadi, belum lagi satu tindakan presiden yang mengadakan lawatan ke negeri seberang demi mencari pinjaman dan yang diduga uang-uang itu masuk ke kantongnya justru membuat mahasiswa semakin geram, perdebatan masih terus terjadi dan berakhir pada salah satu keputusan, kemudian tragedi Mei 1998 terjadi.

Konflik telah tejadi sejak awal, sejak saat orang kepercayaan presiden dengan panik melaporkan kejadian yang mencurigakan, hingga sampai pada demo dan strategi lain yang tidak membuahkan hasil. Cerita ini menggunakan alur maju, dimulai dari kejadian yang terjadi dari Januari 1998 dan kemudian berakhir menjelang bulan Mei 1998.

Pesan dan kritik ada dalam cerita ini, dimana sang penulis memperlihatkan perilaku-perilaku presiden yang melenceng dan bagaimana semangat mahasiswa yang membara dalam membela hak-hak rakyat. Menurut pendapat saya, penulis begitu lihai menceritakan kejadian yang terjadi di masa itu dan bagaimana detail kejadiannya. Saya ucapkan terima kasih karena melalui cerpen ini saya kembali diingatkan tentang perjuangan rakyat kala itu. Cukup sekian ulasan cerpen historial fiction. Ulasan ini saya tulis untuk memenuhi tugas kelas fiksi ODOP pekan ke tiga.

#Tantanganpekan3

Comments

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Perjumpaan Dengan Beringin

Altha: Diluar Nalar