Menjadi Manusia

Langkahkan kaki mendekat lagi, aku tidak akan menikammu dengan kata-kata biadab, karena aku bagian darimu, malaikat atid lebih sering menjalankan tugasnya, atas diriku.
Adakah yang harus dihakimi dari Alkohol yang kau konsumsi tempo hari, kemudian membuatmu merasa tenang, melayang dan lupa semua hal-hal berat yang akhir-akhir ini sering membuatmu berkeinginan untuk membunuh dirimu sendiri?

Dengarkan baik-baik kalimatku: Aku justru merasakan kekeliruan ada pada manusia-manusia yang menghakimimu. Kau punya hak untuk melakukannya, benar atau salahnya yang kau kerjakan, tugas kami yang ada disekelilingmu adalah mengingatkan.

Aku tau, sekeras apapun kujelaskan tentang, dampak buruk yang akan terjadi jika kau terus-terusan mengkonsumsinya. Tidak akan membuatmu luluh dan menghentikannya begitu saja.

Masih mengamatimu, yang meneguk kembali benda itu. Teguklah dan tenanglah, mungkin bukan lagi kalimat yang bisa kau terima kala ego lebih memenangkan diri, tidak masalah, aku masih menemanimu yang kini mulai tak sadarkan diri dan ditengah diamku aku mengusahakan hal lain: berdoa untukmu.

Jangan seragamkan aku, bahkan dengan kawan-kawan baikmu yang satu per satu mulai angkat kaki menjauhi, meninggalkanmu tanpa mau tau tentang apa yang sedang kau tanggung, menasehati dan membentakmu, memaksamu berhenti. Yang lebih parah lagi, jangan seragamkan aku dengan manusia-manusia yang tak mengenalmu, tapi menghakimi sebuah kesalahan yang kau lakukan tanpa mau tau alasan yang menyertai.

Masih disini, disebelahmu. Siap menjadi pendengar setia, menyediakan bahu untuk bersandar. Jempolku sekarang basah, menyeka air matamu yang entah sejak kapan menggenang.
Sayup-sayup kudengar kau berterima kasih, seharusnya tidak perlu, karena aku hanya sedang menjalankan tugasku: Menjadi manusia.

Lamongan, 12 September 2019
#ODOPDay4

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Perjumpaan Dengan Beringin

Altha: Diluar Nalar