Mempertanyakan Rasamu

Sedang mencoba 'mengawinkan' alunan nada dan serentetan kata-kata.
Tips membaca cerita: Putar dulu videonya dan mulai membaca ceritanya hehe.
Semoga bener-bener 'kawin'.

----

Sumber: Youtube

Amarah selalu berhasil menguasai diri, sekarang aku jadi manusia yang paling suka marah-marah, menganggap apapun yang tidak seirama dengan harapanku, selalu salah dan terakhir ketika ia datang, setelah bekerja seharian membuatku bersikap seperti anak kecil.

"Sayang, bisa minta tolong buatkan kopi." Ucap suamiku sembari melepas sepatunya.

Tanpa menjawab atau mengiyakan, aku bergegas menuju dapur dengan muka cemberut. Pasalnya aku mendadak kesal dengannya, ponselnya yang tertinggal, membuatku tau jika banyak wanita ganjen yang sering chat tidak jelas, belum lagi beberapa pesan yang mendarat terlihat romantis.

Setelah kopi tersaji, aku meletakkannya di meja ruang tamu, tanpa berbicara sepatah katapun, aku berlalu meninggalkannya dan masuk ke kamar, kukira lebih dulu istirahat dan tertidur akan membuat otakku normal kembali, tidak lagi dikuasai emosi.

"Kamu kenapa? Kok cemberut gitu," tanyanya saat aku berjalan menuju pintu kamar.

"Enggak apa-apa." Jawabku singkat tanpa menoleh.

Kurebahkan badanku di kasur, mulai mematikan ponsel dan berniat tidur, tapi pintu kamar yang terbuka membuatku mengurungkan niat, aku hanya memejamkan mata dan pura-pura tertidur.

"Riska sayang, kamu kenapa akhir-akhir ini selalu cemberut gitu, aku punya salah ya sama kamu? Ayuk bicarakan baik-baik." Ucapnya dan duduk di sampingku, ia tau jika aku tidak benar-benar tidur.

Aku hanya menggeleng dan beralih posisi, membelakanginya. Mengetahui itu, ia mengelus punggungku, masih berusaha meminta penjelasan.

"Kalau diem terus kita nggak bakal nemu solusi lho. Kalau aku punya salah sama kamu, aku minta maaf, " jelasnya dan kalimat itu diulanginya hingga beberapa kali.

Ia berhasil membuatku menatapnya dan duduk di sebelahnya, namun masih diam seribu bahasa.

"Kamu kenapa? Ayuk ngomong. Didiemin terus enggak enak lho rasanya," ucapnya santai.

"Rani, Fira, Tanti, Diah dan Indah," jawabku masih dengan wajah cemberut.

"Ya Allah sayang, mereka cuma temen kampus dan temen kerja, sebatas temen nggak lebih."

"Tapi chatnya mesra. Atau jangan-jangan kamu sering pulang larut malam juga karena jalan sama mereka," kataku.

"Tau nggak kalau kamu kayak gini aku seneng lho, berarti kamu cemburu. Itu artinya kamu takut kehilangan aku." Ia menjawab dengan terkekeh.

"Apasih orang lagi serius, nggak bercanda," jawabku ketus.

"Aku pernah bales chat mereka dengan kata-kata romantis nggak?"

"Emang enggak. Siapa tau udah dihapus lebih dulu sebelum aku ngelihat."

"Aku balas mereka sewajarnya, dan aku pulang sampai larut malam begini kan cuma demi kamu, bukan karena jalan sama mereka. Kamu percaya nggak sama aku, kalau aku cintanya cuma sama kamu, semoga kelak dunia akhirat kita bareng-bareng terus. Diaminkan enggak ini ya?" Ucapnya serius sembari menggodaku.

"Aamin." jawabku singkat, sudut bibirku tertarik, dan dipelukannya ada gerimis di mataku yang membuat kemejanya basah.


#ODOPDay25

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Perjumpaan Dengan Beringin

Altha: Diluar Nalar