Tanpa Kejelasan

Sedang mencoba 'mengawinkan' alunan nada dan serentetan kata-kata.
Tips membaca cerita: Putar dulu videonya dan mulai membaca ceritanya hehe.
Semoga bener-bener 'kawin'.

Sumber: Youtube

Foto dua paslon yang terlihat mentereng di jalan-jalan, sering membuat Ibu paruh baya menatapnya lekat-lekat, sesekali bahkan membuatnya meneteskan air mata.

"Ibu kenapa?" tanya seorang lelaki yang duduk di sebelahnya.

"Abangmu apa kabar?" Kali ini dengan mata yang masih menatap foto itu, beliau mulai sesenggukan.

"Kita selalu kirim doa, Bu," Sang anak berusaha menenangkan, diusapnya air mata yang mengalir dan mulai memeluknya.

Tak terhitung aksi kamisan yang beliau ikuti, demi sebuah harapan yakni kembalinya sang anak dalam pelukannya, minimal jika tidak lagi bernyawa, ia menjadi tahu di mana jasad anaknya di kebumikan.

Ia yang kini mulai sakit-sakitan tidak lagi mampu mengikuti aksi itu, tidak lagi bisa membawa foto putra sulungnya dan berdiri berlama-lama bersama kawan-kawan yang lain. Sekarang ia lebih sering menatap foto anaknya yang memakai jas almamater kampus, yang dipasang di dinding ruang tamu. Hal itu membuatnya lupa makan, lupa minum, juga mandi, lebih parah lagi lupa minum obat. Baginya satu-satunya obat yang mampu membuatnya kembali semangat adalah kabar tentang putra sulungnya, ia bahkan berjanji pada dirinya sendiri, akan berusaha melawan sakitnya jika putranya kembali pulang dalam pelukannya.

Masih diingatnya kejadian puluhan tahun silam, saat perdebatan terjadi di ruang tamu, ia terus berusaha menahan putra sulungnya untuk tidak lagi turun ke jalan, sementara putra sulungnya ngotot berangkat aksi, Kebenaran itu harus ditegakkan, Bu. Begitu penjelasan yang diulang lagi dan lagi, hingga sang Ibu dengan berat hati melepas kepergiannya untuk berangkat aksi, dengan hati yang ketar-ketir, bersamaan pula dengan mulut dan hati yang terus merapal doa, sementara berita yang beredar, tentang suasana di jalan yang semakin mencekam, membuatnya menangis sendirian, hawatir akan keadaan putranya.

Hari itu berlalu dengan cemas yang tidak kunjung hilang dalam dirinya, sampai jam menunjukkan waktu tengah malam, putranya belum juga kembali dan tangisnya terus menjadi, sampai bergilir hari, bulan dan tahun, keberadaan putranya masih berupa tanda tanya, sementara setiap kali pemilihan umum, selalu ada janji-janji untuk menuntaskan kasus ini, tapi sampai detik ini, tidak pernah ada kabar.

"Apakah aku harus berharap lagi kali ini?" Ucapnya sembari menyeka beberapa kali air matanya yang jatuh, sementara matanya masih terarah pada foto paslon.

"Jika pada yang lalu-lalu harapan seolah akan menjadi kenyataan, tapi sampai detik ini anakku masih belum ada kejelasan." Ia mengakhiri tangisnya, berhenti menatap foto paslon dan mulai berjalan digandeng putra bungsunya menuju sebuah taman, tempat masa kecil si sulung mengisi sorenya dengan bermain petak umpet dan ayunan, selain foto, taman ini adalah satu kenangan yang sedikit mengobati rindunya.

#ODOPDay27
#Fiksi

Comments

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Perjumpaan Dengan Beringin

Altha: Diluar Nalar