Cerita Tentang Manusia Istimewa

Sedang mencoba 'mengawinkan' alunan nada dan serentetan kata-kata.
Tips membaca cerita: Putar dulu videonya dan mulai membaca ceritanya hehe.
Semoga bener-bener 'kawin'.

---
Sumber: Youtube

Kuceritakan tentang seorang lelaki yang sore ini duduk di sampingku, menonton televisi yang tengah menyiarkan berita demo yang sedang marak menjadi perbincangan akhir-akhir ini.

Keriput terlihat di wajahnya, tubuhnya mungkin tidak sekuat dulu, tapi semangatnya tidak pernah redup, terlebih yang membuatnya selamanya akan jadi sosok istimewa setelah Ibu adalah tentang hal-hal baik yang selalu ia lakukan dan tentang perjuangannya demi anak-anaknya. Mungkin begitu cara ampuh yang beliau terapkan pada anak-anaknya, termasuk aku, tidak lagi perlu perintah 'harus berbuat baik', jika dari sikap yang beliau contohkan cukup membuatku tau jika berbuat baik itu sebuah keharusan.

Perjumpaanya dengan Istrinya, yang tak lain adalah Ibuku, berawal juga dari 'hal baik' yang beliau lakukan.

Puluhan tahun yang lalu di Surabaya, dua orang gadis perantauan memulai harinya di kota orang, beliau adalah Ibuku dan saudaranya yang berangkat dari desa dan berniat belajar menjahit. Di tempatnya belajar menjahit menjadi tempat perjumpaan Ibu dengan lelaki yang kini duduk di sebelahku, Bagi beliau hidup di kota orang adalah hal yang menghawatirkan bagi gadis itu.

Ibu yang notabennya polos dan pendiam, pagi itu digoda oleh seorang. Mengetahui hal itu, seseorang yang kini menemaniku menonton televisi, dengan tenangnya bertanya pada Ibu,

"Pulanglah, Mbak. Di desanya mbak nggak ada les jahit kah?" ucap beliau kala itu.

"Ada, Mas. Tapi mahal," jawab Ibu singkat.

"Berapapun biayanya, nanti saya yang bayar. Mbak pulang saja, di sini nggak aman," kata beliau.

Manusia baik itu berdiri sebagai pahlawan saat itu, tanpa lagi menimbang tentang siapa dua gadis yang bahkan tidak dikenalnya itu. Selang cerita dua gadis itu pulang ke desa dan melanjutkan les jahitnya di tanah kelahirannya dan lelaki itu menepati janjinya, datang menemui Ibu dan membayar biaya lesnya.

Dari sana semua berawal, hingga terjadilah pernikahan dan lahirlah aku dan Abangku. Berpuluh-puluh tahun hidup dalam kesederhanaan dan belajar hal-hal baik dari yang beliau contohkan, tentang keikhlasan, kesabaran, murah hati, tenang, sederhana dan bersyukur adalah hal-hal yang kupelajari setiap hari.

Tengoklah beliau yang kini duduk di sebelahku, bahkan masih menampakkan senyum terbaiknya di depanku, putri sulungnya yang paling cengeng, setelah hal-hal berat yang telah kita lalui.

Ibu berpulang beberapa bulan yang lalu, tepat saat sepuluh hari ramadhan. Suatu hal yang mengagetkan dan menyakitkan, pasalnya Ibu sehat dan baik-baik saja sebelumnya, tapi mendadak ambruk tak sadarkan diri dan dipastikan meninggal. Satu hari terburuk yang tidak pernah kuinginkan ada, namun takdir berjalan demikian.

"Sekarang yang Ibu butuhkan doa, nak. Jangan terus dipikir, Ibu bakal sedih kalau lihat kita sedih terus." Nasehat beliau kala itu.

Adalah satu hal yang membuatku tidak ingin terlihat cengeng di hadapan beliau, sebisa mungkin terlihat baik-baik saja, meskipun harus menampung air mata dan menumpahkannya saat sendiri.

Sore dan malam selalu menjadi waktu paling membahagikan, duduk berdua dengan Bapak, sesederhana ini, menonton televisi dan tertawa bersama. Sehat selalu, Pak. Aku menyayangimu selalu.

#ODOPDay24

Comments

  1. Keren tulisannya. Semangat mb^^

    ReplyDelete
  2. Kok jadi ikut sedih ya... hiks hiks...

    ReplyDelete
  3. Yaa allah mbk. Sabar ya mbk. Aku jd kebawa mewek.

    ReplyDelete
  4. Ikut sedih mbak,,.semua akan menghadap kepada -Nya
    Yang sabar ya mbk

    ReplyDelete
  5. Yg tabah ya mbak aku jadi sedih mba😭

    ReplyDelete
  6. sehat selalu bapak.... semoga mbak dan abang selalu bisa jd penguat Bapak yaa

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Perjumpaan Dengan Beringin

Altha: Diluar Nalar