Pada 'Nyaman' yang Mana?

Sedang mencoba 'mengawinkan' alunan nada dan serentetan kata-kata.
Tips membaca cerita: Putar dulu videonya dan mulai membaca ceritanya hehe.
Semoga bener-bener 'kawin'.

---

 
Sumber: Youtube.


Ya, Ada apa? - Sebuah balasan singkat mendarat ke handphonenya.

Sedang sibukkah hari ini? Beberapa kali pesanku, cuma dibaca dan nggak dibales - Balasan kembali kukirimkan

Pesan yang terakhir, menambah deretan pesan sebelumnya, berakhir dengan centang biru tanpa balasan, ia jadi memaki diri sendiri, kenapa ia jadi manusia yang setolol ini, menunggu balasan seorang lelaki yang bahkan tidak punya kewajiban untuk membalas pesan darinya. Sejak kapan seorang Amanda menjadi manusia yang menunggu sebuah pesan mendarat di ponsel? Padahal jauh sebelum perkenalannya dengan lelaki itu, Amanda adalah seseorang yang tidak antusias memegang ponsel, baginya dunia nyata jauh lebih bisa membuatnya menjadi 'manusia'.

Perkenalannya dengan beberapa lelaki yang dikenalkan kawannya, hanya membuat ia menjadi bosan menatap ponsel lama-lama, membalas satu dua pesan dengan pembahasan garing, seperti pertanyaan yang sering kali mendarat, misalnya tentang: Sudah makan atau belum? Lagi ngapain? atau sudah shalat atau belum? Baginya semua pertanyaan itu adalah serentetan pertanyaan yang tidak harus masuk kolom chat.

Menurutnya tanpa ada pertanyaan 'sudah makan atau belum?' ia tahu kapan harus makan, cukup suara perutnya yang menjadi alarm untuk mengingatkan makan, pertanyaan 'lagi ngapain?' baginya sebuah pertanyaan biasa yang harusnya tidak perlu dijawab, tapi ia mecoba menghargai seseorang yang mengirimkan pesan itu, dengan membalasnya, walaupun singkat. Pertanyaan yang lainnya 'Sudah shalat belum?' selalu membuatnya mencerna lagi makna dari kalimat itu, selalu berharap semoga ada niat baik dari pengirim yang mengingatkannya untuk menjalankan shalat. Tapi ia lebih sering berpikir bahwa, ia bukan lagi anak kecil yang harus diingatkan perihal shalat, tanpa perlu ada perintah dan alarm berupa pertanyaan dalam chat, harusnya ia tahu kewajibannya sebagai seorang hamba.

Perkenalannya dengan lelaki bernama Lanang membuatnya sedikit berusaha menahan diri, 'jangan sampai jatuh cinta' membuatnya menjadi gadis kebanyakan, yang mendadak siang malam ingin chat dengan lelaki itu atau mungkin, ingin menghabiskan harinya berlama-lama di depan layar demi menunggu balasan pesan yang mendarat ke ponselnya. Tapi, mendadak hatinya susah dikendalikan, setelah suatu waktu lelaki itu mengirimkan sebuah pesan,

Kamu tau nggak definisi nyaman itu kayak gimana? Kamu ngerasain juga nggak sekarang? - Begitu isi pesannya waktu itu.

Enggak tau. - Balas Amanda.

Aku ngerasain itu sekarang, kamu semacam jadi prioritas, sesibuk apapun aku, selalu nyempetin buat bales chatmu, buat ngabarin kamu. - Lelaki itu kembali mengirimkan balasan.

Bagiku nyaman selalu bisa bergeser sesukanya, kecuali perasaan sayang. Kupastikan sih, setelah nanti kamu berjumpa dengan orang lain, namaku juga bakal ke geser. - Balasnya.

Enggak tau, pokoknya sekarang aku nyaman sama kamu - Lanang membalas kembali.

Semenjak hari itu mendadak hatinya susah dikendalikan, pesan dari Lanang menjadi satu-satunya pesan yang paling ditunggunya, hingga semua mendadak berubah ketika Lelaki itu memosting sebuah kebersamaan bersama seorang wanita, semenjak hari itu pula, pesan yang mendarat ke ponselnya semakin jarang, lebih parah lagi pesan yang berakhir dengan centang biru tanpa balasan. Ia terjebak dengan perasaannya besar dan ia pupuk sendiri, tanpa lagi ia sadari bahwa 'nyaman', yang kata kebanyakan orang, berada dalam keadaan yang lebih tinggi nilainya dari rasa sayang dan cinta, selalu bisa berubah kapanpun, pertemuan dengan orang-orang baru selalu bisa membuat seseorang lebih mudah merasa nyaman.

"Kelak pada 'nyaman' yang mana, harus kupasrahkan hati?" Gumamnya.

"Jika semua 'nyaman' selalu bisa berubah tiba-tiba dan jangan terjebak perasaan yang keliru, sebelum pernikahan terjadi, Nda." Ia mulai menasehati dirinya sendiri.

#ODOPDay22

Comments

  1. Maaf saya tidak menyetel youtubenya. Tapi tulisan ini memberi inspirasi bahwa memang jika jatuh cinta, pandangan kita tak luput dari hape berharap pujaan hati memberi pesan singkat... hehehe

    ReplyDelete
  2. Jd ketawa jahat. Inget zaman muda doeloe

    ReplyDelete
  3. Wah..tema bucin ya.. keren. Up to date ^^

    ReplyDelete
  4. Yang begini ini di kelas ODOP angkatan saya dulu namanya tantangan songlit. Dari lagu dijadikan narasi cerita. Mantuuul

    ReplyDelete
  5. Please alsya jangan flashback 😂,, keren kak, semangat selalu

    ReplyDelete
  6. Bagiku ini terobosan baru, video dan tulisan di web. good job

    ReplyDelete
  7. Wah namanya amanda sama kayak namaku hehehe, aku suka banget kalimatnya jangan terjebak perasaan yg keliru sebelum pernikahan terjadi. Semangat terus kaka

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Perjumpaan Dengan Beringin

Altha: Diluar Nalar