Rindu dan Batas Tega

Setumpukan rindu kulempar pada mendung yang menggantung,
Kuikatkan pula sekeping doa.
Jika jarum jam merangkak,
dan bulir langit memeluk bongkahan tanah,
telah sampai ia pada tujuannya.

Sebuah pigura tak lepas pandang dan,
Kenangan di detik akhir pertemuan menggenang.
Terampas tidurku malam ini,
Hayalan memutar senyummu berkali-kali,
Namun dalam dekap lelap, bayang kecupmu mendarat.

Separuh sadar, kala matahari sembunyi,
Rintik hujan dan aroma tanah, menampar dari kantuk.
Rupanya, kenangan tak jua lompat pergi.
Jengkal ruang bagai potret yang tersaji.

Langkah seratus hari, lebih jauh lagi.
Tapi pipi-pipi ini masih becek,
mengaharap mustahil,
tentang kembali satunya raga dan nyawa.

Manusia berkaki surga, telah sampai di batas tuntas,
Tenanglah ia lepas lelah,
dan menunggu alir doa.
Berbahagia jumpa penciptanya.
Sementara aku, masih ada di batas tega,
Entah, mengapa rindu sering berkuasa.

Lamongan, 13 Oktober 2019

#ODOPDay35
#Tantanganpekan5

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Perjumpaan Dengan Beringin

Altha: Diluar Nalar