Yang Terasingkan: Ramsha (Perempuan Istimewa)
Ia mengangguk, tanpa basa-basi lagi ia berdiri dan melangkahkan kaki menjauh dariku yang baru saja duduk di sebelahnya.
“Sha, tunggu!” Kataku mencoba menahan langkahnya.
Jalanan yang riuh, membuatnya terus berjalan tanpa mendengar kalimatku yang berusaha menahannya, hal ini kulakukan demi bisa mengenalnya, satu alasan yang membuatku kukuh ingin berkenalan: karena aku seperti menemukan diriku yang lain ada pada dirinya, manusia yang mau tidak mau harus menerima keadaan yang mencekam, bahkan sebelum kuketahui banyak perkara yang menimpanya selama ini. Namun aku yakin jika wajah datar dengan kelakuan yang hampir saja melenyapkan banyak nyawa, itu ada bukan karena keinginannya, tapi atas sebuah sebab dan alasan yang menyertai.
Begini, aku jadi menganggap kita seirama perihal dunia yang seperti mengasingkan, dianggapnya kita manusia yang paling hina di muka bumi, tanpa mau tahu apa yang sejatinya kita alami. Dengan berusaha ingin mengenalnya, sebenarnya hal itu membuatnya terganggu, berdekatan dengan orang asing sepertiku mungkin saja tidak pernah ada dalam kamusnya.
Melihatnya yang terus berjalan, kuputuskan untuk mengejarnya menggunakan motor yang sebelumnya terparkir di depan warung.
“Sha, tunggu!” kataku lagi.
Awalnya ia sama sekali tidak menanggapi apapun yang kusampaikan dan terus mempercepat langkahnya, mencoba terus menghindariku yang justru semakin cepat mengejarnya.
“Sha.”
Beberapa kali kupanggil namanya dan itu membuahkan hasil, ia berhenti dan meladeniku, meski kutahu kalimat yang disampaikannya sepedas cabai dua mangkuk yang dilahap sekaligus.
“Berhenti ngikutin gue, karena gue nggak punya urusan sama lo,” ucapnya.
“Tapi gue ngerasa punya urusan sama lo.” Bantahku, berusaha membuatnya tidak melanjutkan perjalanannya.
Setelahnya tidak ada jawab, yang ia lakukan hanya terus mempercepat langkah dan bahkan membuatnya sedikit lari, namun motor yang kukendarai kalah cepat dengan langkah kakinya.
“Sha,” panggilku sekali lagi.
“Gue ada di muka bumi tidak ditugaskan untuk melayani nafsu lo.” Kali ini ia bicara dengan suara lantang dengan mata yang melotot kearahku, pada bagian ini baru kutahu jika ia benar-benar marah.
“Pedes banget omongannya, Sha. Padahal lo nggak tau niat gue apa.”
“Apalagi kalau bukan itu. Seorang lelaki asing yang tengah berusaha mendekati seorang perempuan, yang bahkan kenal juga nggak.”
“Jangan seenaknya menilai orang.”
“Karena yang gue yakini, semua manusia yang sejenis dengan lo, isi kepalanya hanya seks.” Ucapnya dan kembali melanjutkan perjalanan.
“Ya nggak bisa lo pukul rata begitu.” Jawabku terus berusaha mengejarnya.
“Diam dan berhenti ngikutin gue, atau pisau yang ada di kantung gue ngebuat nyawa lo melayang.”
Namun ketika ia menoleh ke belakang menyaksikan sebuah mobil pribadi sedang berjalan lambat, seolah tengah membuntuti kita yang tengah berdebat, ia lantas berlari menjauh, hingga dalam hitungan beberapa detik, ia menghilang ditelan belokan jalan, sementara mobil itu berhenti, lelaki paruh baya keluar dari mobil itu dan memanngil namanya.
#ODOPday17
“Sha, tunggu!” Kataku mencoba menahan langkahnya.
Jalanan yang riuh, membuatnya terus berjalan tanpa mendengar kalimatku yang berusaha menahannya, hal ini kulakukan demi bisa mengenalnya, satu alasan yang membuatku kukuh ingin berkenalan: karena aku seperti menemukan diriku yang lain ada pada dirinya, manusia yang mau tidak mau harus menerima keadaan yang mencekam, bahkan sebelum kuketahui banyak perkara yang menimpanya selama ini. Namun aku yakin jika wajah datar dengan kelakuan yang hampir saja melenyapkan banyak nyawa, itu ada bukan karena keinginannya, tapi atas sebuah sebab dan alasan yang menyertai.
Begini, aku jadi menganggap kita seirama perihal dunia yang seperti mengasingkan, dianggapnya kita manusia yang paling hina di muka bumi, tanpa mau tahu apa yang sejatinya kita alami. Dengan berusaha ingin mengenalnya, sebenarnya hal itu membuatnya terganggu, berdekatan dengan orang asing sepertiku mungkin saja tidak pernah ada dalam kamusnya.
Melihatnya yang terus berjalan, kuputuskan untuk mengejarnya menggunakan motor yang sebelumnya terparkir di depan warung.
“Sha, tunggu!” kataku lagi.
Awalnya ia sama sekali tidak menanggapi apapun yang kusampaikan dan terus mempercepat langkahnya, mencoba terus menghindariku yang justru semakin cepat mengejarnya.
“Sha.”
Beberapa kali kupanggil namanya dan itu membuahkan hasil, ia berhenti dan meladeniku, meski kutahu kalimat yang disampaikannya sepedas cabai dua mangkuk yang dilahap sekaligus.
“Berhenti ngikutin gue, karena gue nggak punya urusan sama lo,” ucapnya.
“Tapi gue ngerasa punya urusan sama lo.” Bantahku, berusaha membuatnya tidak melanjutkan perjalanannya.
Setelahnya tidak ada jawab, yang ia lakukan hanya terus mempercepat langkah dan bahkan membuatnya sedikit lari, namun motor yang kukendarai kalah cepat dengan langkah kakinya.
“Sha,” panggilku sekali lagi.
“Gue ada di muka bumi tidak ditugaskan untuk melayani nafsu lo.” Kali ini ia bicara dengan suara lantang dengan mata yang melotot kearahku, pada bagian ini baru kutahu jika ia benar-benar marah.
“Pedes banget omongannya, Sha. Padahal lo nggak tau niat gue apa.”
“Apalagi kalau bukan itu. Seorang lelaki asing yang tengah berusaha mendekati seorang perempuan, yang bahkan kenal juga nggak.”
“Jangan seenaknya menilai orang.”
“Karena yang gue yakini, semua manusia yang sejenis dengan lo, isi kepalanya hanya seks.” Ucapnya dan kembali melanjutkan perjalanan.
“Ya nggak bisa lo pukul rata begitu.” Jawabku terus berusaha mengejarnya.
“Diam dan berhenti ngikutin gue, atau pisau yang ada di kantung gue ngebuat nyawa lo melayang.”
Namun ketika ia menoleh ke belakang menyaksikan sebuah mobil pribadi sedang berjalan lambat, seolah tengah membuntuti kita yang tengah berdebat, ia lantas berlari menjauh, hingga dalam hitungan beberapa detik, ia menghilang ditelan belokan jalan, sementara mobil itu berhenti, lelaki paruh baya keluar dari mobil itu dan memanngil namanya.
#ODOPday17
Keren.Klimaks dan anti klimaks dapet. Hanya ada typo sedikit. Semangat.
ReplyDeleteTerima kasih kak🙏
Deleteini bukan cerita tunggal? ada sambungannya? penasaran, lagi ngapain sih mereka? hehe.
ReplyDeleteAda sambungannya, itu cuplikan dari novel kak.
DeleteKeren abis...ditunggu lanjutanya
ReplyDeleteTerima kasih kak🙏
DeleteBersambung ya mba?
ReplyDeleteIya kak, tapi ini cuplikan novel
DeleteMasyaa Allah, flash fiction ya.. semangat terus nulisnya, Mbaak
ReplyDeletenamun motor yang kukendarai kalah cepat dengan langkah kakinya
ReplyDeleteIni typo kah Mbak Ra? Atau sy yang keliru memahaminya ya? 🙈
Yang ini saran saja Mbak 😊
Namun ketika ia menoleh kebelakang dan melihat sebuah mobil pribadi sedang berjalan lambat. Seolah tengah membuntuti kami yang tengah berdebat. Ia lantas berlari menjauh, hingga dalam hitungan detik menghilang ditelan belokan jalan. Sementara mobil itu berhenti, lelaki paruh baya keluar dan memanggil namanya.
Iya kalimatnya kayak gitu kak, kalimatnya janggal ya? Krisannya kak.
DeleteCerpen atau cerbung kak?
ReplyDeleteOverall bagus kak👍
Ini part novel kak. Terima kasih kak
Delete"Ke belakang" atau "kebelakang"?
ReplyDelete"Dikantung" atau "di kantung"?
Ceritanya bagus. Bikin penasaran. Hanya terlihat sedikit sekali kesalahan penulisan. But, that's okay.
��
Terima kasih kak, nanti coba saya perbaiki
Delete