Perjumpaan Dengan Beringin

Kelak akhirnya kutahu, bahwa banyak beringin di sekelilingku. Pernah aku suudon pada keadaan yang tidak baik-baik saja, pada apapun yang melatih otakku untuk bekerja siang, sore tanpa jeda, belum lagi kala banyak mata sampai di alam mimpi, aku masih saja mengutuk keadaan, kala malam tidak mengijinkanku untuk sedetik saja lepas dari hal-hal berat yang bejubel di kepala.

"Aku trauma untuk menjalin hubungan kembali dengan seseorang, dijatuhkan dengan cara seperti ini sungguh menyakitkan," suatu waktu seorang yang kelak kunamai beringin mengatakan itu.

"Ketika orang tuamu bisa menjadi manusia yang paling kau sayangi dan kau bangga-banggakan sebagai orang tua terbaik versimu, aku justru bingung dengan rasa apa harus kutunjukkan hubunganku dengan orang tuaku? yang kau namai rumah, adalah gedung tua menyeramkan versiku," seseorang lain yang kelak kunamai dengan nama beringin pula, mengatakannya.

"Terus berbuat baik, sebisaku, kuusahakan semaksimal mungkin. Tapi aku selalu terlibat dalam perkataan banyak orang, jika aku salah, jika aku tidak seharusnya bersikap yang seperti ini dan seperti itu. Haruskah aku menjadi orang lain, demi sebuah kebenaran sesuai dengan dugaan orang lain?" beringin yang lain mengijinkanku sebagai pendengarnya tempo hari.

Berada diposisi berjuang sendiri, jatuh dan bangkit sendiri terasa berat. Mereka manusia yang kunamai 'Beringin' mengajarkanku untuk kembali menelaah kata 'syukur'. Serentetan manusia yang sedang tidak baik-baik saja, namun selalu berusaha menunjukkan senyum terbaiknya, mencoba tenang meski amarah dan penguasaan diri terlibat perdebatan, menghadapi banyak ucapan-ucapan sok tau dan menyudutkan.

Bukankah banyak kejadian kita temui, jika dengan mudah kita mengatakan,
"Enak ya jadi dia, bisa kayak gitu."
Padahal dibalik 'kayak gitu' yang dianggap spesial oleh kebanyakan orang adalah suatu hal yang telah melalui serentetan sedih yang berkepanjangan, atau bahkan air mata yang tak berkesudahan.

Terima kasih banyak 'beringin', untuk pembelajaran luar biasa dalam kisah-kisah berat yang kau alami, kau kuat, kau hebat, bahkan tidak banyak orang mampu melewati apa yang terjadi padamu. Satu hal yang kuyakini 'Akan ada pelangi setelah hujan.'

Tuhan bersamamu. Kau lupa, jika tidak ada lagi pelukan ternyaman atau rumah tempat berkeluh kesah, kau punya sajadah, untuk berdialog dengan Rabbmu, yang menenangkan sejatinya ada disitu, bukan pada pundak yang kau gadang-gadang mampu menjadi tempatmu bersandar, namun justru menjadi pundak yang tidak ingin kau jumpai lagi di lain hari.

Lamongan, 10 September 2019
#ODOPDay2

Comments

  1. Inspirasi yang membuka hati itu memang datangnya dari mana saja yah, Mbak

    ReplyDelete
  2. Inspirasi yang membuka hati itu memang datangnya dari mana saja yah, Mbak

    ReplyDelete
  3. "Beringin" 👌 awal baca di paragraf saw all sempat ngira ambigu 🙏😁 but nice story 👍

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Altha: Diluar Nalar