Tersembunyi di Balik Asumsi (2)

Sumber: Google

Bergegas melepas tas dan menaruh kertas yang ada dalam genggamannya di atas meja. Lupa melepas seragamnya, bocah itu bergegas menuju dapur, mengangkat tudung saji, terbelalak matanya melihat ikan goreng dua biji di atas piring, disebelah piring ada nasi yang uapnya masih mengepul.

"Makan ikan hari ini, Mak?" ucap Fairis sumringah, mak di sampingnya mengangguk mantap.

Nasi di ambil secukupnya dan diletakkan di atas piring, hampir saja tangan itu mengambil satu ikan, pikirannya mendadak terfikirkan tentang jumlah ikan, jika jumlahnya dua, sementara penghuni rumah tiga orang, itu artinya akan ada satu penghuni rumah yang tidak makan ikan. Melihat Fairish ragu mengambil ikan, mak bertanya,

"Kenapa Fairish?"

"Mak sudah makan?" tanya Fairish.

"Sudah," jawab mak singkat, Fairish tahu jika kali ini mak berbohong, bahkan nasi yang masih mengepul itu belum terjamah tangan sama sekali, tapi mak mengaku sudah makan.

"Fairish ambil ikannya separuh saja, separuhnya buat Mak." Fairish mengambil solusi dan membagi ikannya menjadi dua bagian. Melihat hal itu mak berkaca-kaca, putra satu-satunya selalu membuat mak berdecak kagum.

Fairish memakan dengan lahapnya, bahkan ia lupa rencananya yang ingin memberi tahukan hasil ulangan hari ini pada Mak. Mak yang membereskan tasnya untuk di letakkan di kamar, mendapati selembaran hasil ujian dengan nilai seratus.

"Ujian hari ini lancar, Nak?" Mak bertanya sembari melihat lembaran itu, Mariati mulai menangis.

"Iya, Mak. Fairish dapat nilai seratus," jelas Fairish di sela-sela melahap nasi.

Ditatapnya bocah itu lekat-lekat, Mariati mengingat lagi tentang bisik-bisik tetangga di warung tadi pagi, sebuah kalimat yang membuatnya susah lupa, terngiang terus di telinganya.

"Sering-sering kasih makan ikan, biar cerdas. Jangan melulu dikasih tempe-tahu, nanti otaknya nggak encer." Begitu suara dari seseorang yang sampai di telinga Mak.

Mendengar itu mak langsung teringat putranya, jangankan membelikan ikan setiap hari, ia bahkan harus menangisi anak lelakinya yang tidak pernah protes jika harus makan nasi dengan garam, ia bahkan membiarkan anaknya belajar sendiri di saat semua teman-temannya mencari guru les.

Setiap kali melihat putranya memperoleh nilai bagus, rasanya ingin menangis, ia mengutuki dirinya sendiri sebagai orang tua yang tidak banyak memenuhi kebutuhan, tapi selalu dibuat bangga dengan segala hasil belajar putranya, bulan lalu ia bahkan sujut syukur di atas pentas saat Fairish menjadi juara kelas dan memperoleh piala.

"Maafkan Mak dan Bapak ya, Nak?" Ucap Mak membuat Fairish menghentikan aktifitasnya.

"Kenapa minta maaf, Mak?"

"Maafkan Mak dan Bapak yang tidak bisa membelikan kamu ikan atau ayam goreng setiap hari, maaf tidak bisa membelikan kamu seragam, sepatu dan tas baru, maaf tidak bisa membelikan kamu mainan dan sepeda baru." Mak menjelaskan itu semua dengan air mata yang bercucuran, tangannya terus mengelus pipi putranya, Fairish ikut berkaca-kaca.

"Mak nggak perlu minta maaf, Fairish enggak pengen itu semua, seperti yang sering Mak bilang, bukankah kita harus bersyukur?" Fairish menangis dan membaur di pelukan Mak.

#ODOPDay52

Comments

  1. Hebat ya si Fairish. Bocah lucu itu hidup bahagia dengan penuh kesederhanaan.

    ReplyDelete
  2. Luar biasa, cara mendidik emak dan bapak yang sederhana menjadikan Fairish punya empati yang kuat..

    ReplyDelete
  3. Seorang ibu memang banyak berkorban untuk anaknya

    ReplyDelete
  4. Sedih aku bacanya.... tapi inspiratif

    ReplyDelete
  5. sedih ... Fairish dewasa banget cara berpikirnya

    ReplyDelete
  6. Inspiratif, Fairish lembut hatinya seorang anak kecil tapi sudah mengerti betul arti bersyukur :"

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Perjumpaan Dengan Beringin

Altha: Diluar Nalar