Ulasan Cerpen: Kamar Mandi Mertua

Cerpen berjudul 'Kamar Mandi Mertua' yang bisa teman-teman baca di ngodop.com, adalah buah karya seseorang yang berdomisili di Malang, bernama Mabruroh Qosim. Sebelum menilik lebih jauh tentang unsur ekstrinsik dan intrinsik, ingin saya katakan bahwa cerpen ini membuat pembaca jatuh cinta, cerita yang susah di tebak, bikin penasaran, dan tentunya endingnya yang 'Wow'.

Berbicara tentang unsur Instrinsik, maka hal yang dibahas pertama kali adalah tema. Cerpen yang berjudul kamar mandi mertua ini bertemakan pernikahan yang diselimuti perselingkuhan. Cerita di awali dari kejadian dimana seseorang bernama Maryani menangkap keganjalan yang terjadi di suatu malam, saat melihat Sari meletakkan sebuah benda di belakang rumah mertua Maryani. Menurut saya penulis berhasil menciptakan awal cerita yang menarik perhatian dan bikin penasaran, di awal sama sekali tidak tertebak bahwa endingnya ternyata Sari adalah selingkuhan dari Marbun, yang tak lain adalah suami dari Maryani.

'Kamar Mandi Mertua' menggunakan alur maju-mundur. Alur maju dimulai dari bagian Sari meletakkan sebuah benda di belakang rumah mertua maryani, kemudian keesokan harinya ternyata benda tersebut berisi seorang bayi. Alur mundurnya menjelaskan tentang pernikahan antara Maryani dan Marbun yang terjadi karena perjodohan, selain itu bercerita pula tentang kejadian yang pernah di ketahui Maryani, jika suaminya pernah melakukan hubungan terlarang di kamar mandi.

Latar dalam cerita ini adalah kebun tempat Sari meletakkan bayinya dan rumah mertua.
Cara penulis menceritakan tempat, mampu membuat saya membayangkan bagaimana kondisi kamar mandi yang sempit dan letaknya di luar rumah, di sekitar kebun.

Membahas tokoh dan perwatakan, dalam cerita ini ada tiga tokoh yang berperan penting, Sari adalah seseorang yang antagonis yang begitu teganya memacari suami orang lain sampai berbuat mesum dan melahirkan seorang bayi.
Maryani adalah tokoh protagonis, dengan sabar menghadapi perilaku suaminya yang berselingkuh, padahal mengetahui kejadian itu ia masih tetap sabar dan Ibu mertuanya Maryani yang protagonis, dilihat dari sikap beliau saat menemukan bayi dan merawat sementara bayi itu, namun sang mertua tidak mengetahui perilaku yang selama ini dilakukan anak lelakinya.

Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang pertama dan saya cinta dengan itu, karena si tokoh mampu menceritakan segala sesuatunya dengan detail, sesuai dengan apa yang ia rasakan.

Dalam hal 'EBI' bagi saya, penulis hebat dalam hal ini, dalam segi bahasa tidak ada cacat, dan kalimat-kalimat yang ada di dalamnya adalah jenis kalimat efektif yang enak dibaca.

Unsur ekstrinsik, kesesuaian cerita dengan tema. Saya suka dengan cerpen ini dan menikmatinya dari paragraf ke paragraf dengan ikut melibatkan perasaan di dalamnya, bagi saya, Mabruroh Qosim berhasil menyampaikan sebuah pesan yang diselipakannya dalam cerita itu kepada pembaca.

#Tantanganfiksipekan1

Comments

Popular posts from this blog

Tersembunyi di Balik Asumsi (1)

Perjumpaan Dengan Beringin

Altha: Diluar Nalar