Altha: Seimbang
Bau alkohol menyeruak, saat Yunda mengigau, memanggil-manggil suaminya. Di balik pintu kamar yang sedikit tebuka, Altha dan Gilang mengintip, menyaksikan apa yang akan terjadi setelah tubuh sempoyongan itu ambruk. Tubuh yang masih bergelimbungan di atas lantai dan terus memanggil-manggil nama Bapak.
Ibu tiri juga manusia, bukankah sesama manusia tugasnya adalah saling menolong, terlepas apakah wanita itu sudah merusak keharmonisan keluarganya atau tidak, ia tetap berhak untuk mengangkat tubuh itu, dan membopongnya masuk ke dalam kamar.
Dalam sekali pikir, Altha melangkah mendekati wanita itu, tetapi menahan Adiknya untuk turut serta.
"Kamu nggak apa-apa?" Altha memastikan keadaan wanita itu dengan sedikit menggoyangkan tubuhnya.
Setengah sadar, Yunda menatap samar-samar gadis di sebelahnya, "Jangan sentuh aku!" katanya.
"Aku bisa bangun sendiri." Ia coba bangkit dari tidur, namun Alkohol yang dikonsumsinya terlalu banyak, membuat tubuh sempoyongan itu susah berdiri, jangankan bergerak menuju kamar, duduk saja kerepotan.
Dengan tidak menggubris ucapan itu, Altha memegang lengannya dan mulai mengangkat tubuh yang berbobot sedikit lebih berat darinya, menuju kamar yang tidak jauh dari ruang tamu.
"Kenapa Bapakmu jahat, meninggalkanku dalam keadaan seperti ini. Kamu harus tau, di luaran sana Bapakmu punya banyak simpanan." Sembari berjalan pelan dan sempoyongan menuju kamar, ia terus mengigau, entah benar tidaknya ucapan itu, ia sudah mulai paham karakter Bapak yang tersembunyi selama ini.
Bukannya anda juga jahat, sudah merebut Bapak, dari Ibuku - Altha membatin.
Terlepas dari apapun yang terjadi, segala tindak-tanduk manusia selalu ada balasannya, yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan, begitu pula sebaliknya. Ia hanya merasa lebih tenang setelah Ibunya berpulang, tidak ada lagi sakit yang ditanggung Ibunya sendirian, atau coba menyembunyikan segala kelakuan buruk Bapak dengan memberikan alasan-alasan kepada Altha dan adiknya.
"Beri tau Bapakmu, jangan suka menyakiti hati wanita." Kalimat terakhir yang terlontar sebelum tubuhnya ambruk di atas kasur.
Bau alkohol yang tercium oleh Altha tak urung membuatnya menjalankan tugas sebagai 'manusia', dengan telaten ia melepas hils yang dikenakan ibu tirinya, menarik tas yang ada di genggaman dan meletakkan pada meja, tak lupa pula ia balutkan selimut pada tubuh wanita itu.
Bau alkohol yang tercium oleh Altha tak urung membuatnya menjalankan tugas sebagai 'manusia', dengan telaten ia melepas hils yang dikenakan ibu tirinya, menarik tas yang ada di genggaman dan meletakkan pada meja, tak lupa pula ia balutkan selimut pada tubuh wanita itu.
"Selamat malam, Mama. Semoga engkau tidak bernasib sama seperti Ibu." Ucapnya sebelum menutup pintu.
Setelah semua ini terjadi, ia belajar berdamai dengan dirinya sendiri, termasuk melupakan semua kekesalan pada Bapak dan wanita itu, menggantinya dengan keikhlasan. Seperti pesan Ibunya, apapun yang didasarkan pada Ikhlas, akan membuat kita legowo menerima kenyataan dan lebih bahagia menjalani hari-hari ke depan, selain itu menjauhkan hati kita dari perasaan benci.
"Di muka bumi itu semuanya seimbang, Nak. Kalau ada putih, ada hitam. Ada langit, ada bumi, kalau ada orang baik pasti ada orang jahat. Kamu tau kenapa orang jahat harus ada di muka bumi?" suatu waktu Ibunya mendadak menasehati dengan kalimat itu.
"Supaya kita bisa belajar darinya, bahwa berbuat jahat justru akan membuat kita sengsara pada akhirnya. Balasan itu selalu ada," jelas Ibu.
Pagi itu Ibu terlihat lemas, wajahnya pucat dan tidak nafsu makan. Selepas menasehati Altha, ia bergegas mengangkat ponsel Bapak yang berdering, sebuah panggilan dari seseorang yang membuat Ibu mendadak ambruk tidak sadarkan diri.
Diagnosa dokter menunjukkan jika Ibu kembali terserang penyakit jantung dan lebih parah dari sebelumnya. Sore itu, satu hal yang tidak pernah diharapkan Altha akan terjadi pada hidupnya, membuatnya tersentak.
"Kami sudah berusaha maksimal, tapi Tuhan berkehendak lain." Ucap dokter dan keluar dari ruangan.
Altha hanya mematung, tak berkedip menyaksikan tubuh wanita yang dihormatinya itu ditutupi kain putih, hatinya terus berharap, semoga semua kejadian ini hanya mimpi.
***
Ibu tirinya sudah benar-benar terlelap saat ia keluar kamar dan menutup pintu. Tak berselang lama terdengar suara pintu terbuka, Bapak datang juga dengan sempoyongan, nyelonong masuk ke kamar tanpa berucap sepatah kata pada Altha yang masih mematung di depan pintu kamar.
Detik berikutnya kamar gaduh,
"Maksudmu apa? Kamu main sama wanita lain lagi?" Suara mama tirinya terdengar.
"Bodo amat sama perkataanmu," jawab Bapak singkat.
Altha melangkahkan kaki menjauhi kamar itu dengan air mata yang berderai, ia merasa, yang berada di sekitarnya sekarang, tidak layak lagi disebut keluarga.
Pagi itu Ibu terlihat lemas, wajahnya pucat dan tidak nafsu makan. Selepas menasehati Altha, ia bergegas mengangkat ponsel Bapak yang berdering, sebuah panggilan dari seseorang yang membuat Ibu mendadak ambruk tidak sadarkan diri.
Diagnosa dokter menunjukkan jika Ibu kembali terserang penyakit jantung dan lebih parah dari sebelumnya. Sore itu, satu hal yang tidak pernah diharapkan Altha akan terjadi pada hidupnya, membuatnya tersentak.
"Kami sudah berusaha maksimal, tapi Tuhan berkehendak lain." Ucap dokter dan keluar dari ruangan.
Altha hanya mematung, tak berkedip menyaksikan tubuh wanita yang dihormatinya itu ditutupi kain putih, hatinya terus berharap, semoga semua kejadian ini hanya mimpi.
***
Ibu tirinya sudah benar-benar terlelap saat ia keluar kamar dan menutup pintu. Tak berselang lama terdengar suara pintu terbuka, Bapak datang juga dengan sempoyongan, nyelonong masuk ke kamar tanpa berucap sepatah kata pada Altha yang masih mematung di depan pintu kamar.
Detik berikutnya kamar gaduh,
"Maksudmu apa? Kamu main sama wanita lain lagi?" Suara mama tirinya terdengar.
"Bodo amat sama perkataanmu," jawab Bapak singkat.
Altha melangkahkan kaki menjauhi kamar itu dengan air mata yang berderai, ia merasa, yang berada di sekitarnya sekarang, tidak layak lagi disebut keluarga.
Bersambung ...
#ODOPDay37
Sangar mbak e cerbung e.
ReplyDeleteGass penyusunan untuk novel kedua ya ini? Hehhehe
Sedih sekali :') lama² bisa setress juga Altha. Lanjutkan kak... Aku dari Valettaa :)
ReplyDeleteSampai sejauh ini altha kuat bgt ya
ReplyDeleteMenohok jiwaku paling dalam:( btw salam kenal aku dari kota valet
ReplyDeleterumit ya ceritanya
ReplyDeleteLanjut kak
ReplyDeleteKasihan anak2 korban nafsu duniawi
ReplyDeleteHeeem....berat nih ceritanya ... Salam kenal dari warga Valetta
ReplyDeleteWuih keren konfliknya mbak. Lanjut
ReplyDeleteDuh gregetan sama ibu tirinya. Hehehe
ReplyDeleteAaaaa keren sekali, Kak. Sukak 😍😍😍
ReplyDeleteBagus ceritanya kk..
ReplyDeleteLanjoottt
ReplyDeleteLanjutkaann kaka
ReplyDeleteTernyata ibu tiri yang tersakiti oleh sang ayah
ReplyDeleteKonfliknya bagus banget,, lanjut kak...
ReplyDeleteKonfliknya bagus banget ,lanjut kak
ReplyDelete